Hi Bunciters,
Sadar gak sih kita, kalau belakangan ini kebanyakan orang menghabiskan waktu liburan atau waktu luang-nya ke dalam dunia perkulineran. Layak-nya sebuah trend yang menjamur dan wajib buat siapa saja terutama mereka yang masih berjiwa muda. Misal-nya mengadakan wisata kuliner ke daerah tertentu pada akhir pekan atau musim liburan, bahkan ada juga yang merencanakan trip ke luar negeri khusus untuk wisata kuliner saja di sana. Manarik ya untuk kita bahas.
Selama 6 tahun berkiprah di dunia kuliner bersama Team Buncit Foodies, tentu-nya banyak sekali hal dan pengalaman menarik yang bisa kita petik untuk dipelajari dan dibagikan kepada teman-teman semua.
Berbicara soal wisata kuliner memang tidak ada habis-nya, setiap tempat atau daerah punya ciri khas unik-nya masing-masing dalam mempresentasikan hidangan mereka. Sebagai Travel & Food Enthusiast, mencicipi banyak makanan dalam satu hari sudah menjadi hal yang biasa. “Dalam sehari bisa coba berapa makanan?” Kalau mau jujur, dalam sehari pernah mencoba sekitar 15 jenis makanan. “WOW! Kok bisa sih?”. Tentu-nya tidak semua makanan kita habiskan sendiri, salah satu hal yang bisa kita lakukan yaitu dengan mengajak teman traveling yang hobi makan juga. Wisata Kuliner makin asik karena kita tidak sendiri, selain itu bisa juga bertukar pendapat / kritik pada hidangan yang kita santap.
Berwisata kuliner bukan sebuah kegitan biasa lho. Maksudnya? Meskipun termasuk kegiatan paling menyenangkan di dunia, kita hendak-nya waspada dan mencegah terhadap dampak negatif yang bisa terjadi kapanpun saat kita berwisata kuliner. Pastikan kondisi tubuh kita selalu fit sebelum melakukan kegiatan apapun itu. Kita bisa menjaga-nya dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang (serat, mineral, vitamin, dll), perbanyak minum air putih, tidur cukup, dan berolah raga.
Hal yang menjadi perhatian utama kita belakangan ini adalah masalah kesehatan. Siapa sih yang mau sakit? Kalau sudah sakit selain harus membatalkan kegiatan, kita juga bisa kehilangan kesempatan, waktu, dan materi yang tidak kecil. Dari pengalaman yang sudah kita alami, gangguan pencernaan menjadi masalah nomor 1 yang sering kita alami disusul dengan sakit tenggorokan (maklum kita anak gorengan soal-nya hahahaha).
Dari pengalaman di atas, kita mencoba untuk menjaga porsi dan jenis makanan yang kita konsumsi (tidak berlebihan). Pernah juga kita mengalami keracunan makanan, biasa-nya disebabkan karena hidangan / daging yang sudah tidak fresh. Hal itu saja sudah membuat kita ketakutan, apalagi jika kita terserang penyakit yang lebih berbahaya dan efek penyembuhan-nya diperlukan waktu yang panjang. Bisa kacau nih acara kita semua, betul?
Pada bulan September 2019 kemarin, kita (diwakili Arvin Vinsensius) berkesempatan untuk menjadi narasumber bersama dengan dr. Suzy Maria, SpPD dalam acara Blogger Gathering “Stay Healthy during Culinary Trip” yang diadakan di Crematology Coffee Roasters. Pada acara ini kita sharing beberapa hal seputar pengalaman di dunia kuliner dan juga mengangkat topik utama tentang bahaya-nya penyakit Hepatitis A dan Demam Tifoid.
Berikut kita rangkumkan hal-hal penting yang perlu kita ketahui akan bahaya-nya penyakit Hepatitis A dan Demam Tifoid yang mengancam para pecinta kuliner.
Tahukah teman-teman seorang traveler / food anthusiast memiliki resiko 19 kali tertular penyakit. Bukan hanya saat mengkonsumsi makanan yang dijual di pinggir jalan, tetapi makanan yang terlihat bersih seperti di restoran besar sekalipun tidak berarti terhindar dari resiko tertular penyakit.
Hepatitis A dan Demam Tifoid merupakan penyakit menular yang ditularkan melalui makanan dan minuman (kebanyakan), tetapi juga bisa ditularkan saat kita sedang membersihakan gigi atau saat menggunakan kamar kecil. Seram juga ya…..
Hepatitis A
Hepatitis A adalah penyakit infeksi pada hati yang disebabkan oleh serangan virus Hepatitis A yang umum-nya ditularkan secara fecel-oral (melalui makanan atau minuman terkontaminasi).
Gejala : Demam, lesu, mual, hilang nafsu makan, kuning (mata & kulit), sakit perut, muntah, tinja dan urin berwarna gelap.
Hepatitis A berlangsung selama 3-6 minggu dan masa penyembuhan secara klinis dan biokimiawi memerlukan waktu selama 6 bulan. Waduh lama juga ya, bisa kacau sekali jadwal kita dalam 6 bulan kedepan. Amit” jangan sampai terjangkit penyakit Hepatitis A ya kita semua.
Faktor yang paling berpengaruh terhadap keparahan penyakit ini adalah faktor usia, semakin tua umur seseorang semakin berat gejala-nya. Diperkirakan 1,4 juta orang terinfeksi virus hepatitis A setiap tahun dan bersirkulasi hampir semua negara berpenghasilan rendah dan menengah termasuk di Indonesia.
Demam Tifoid
Demam tifoid sering juga disebut sebagai Tifus, penyakit saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Ditularkan melalui makanan atau air yang tercemar kotoran penderita atau pembawa Demam Tifoid.
Gejala cukup sulit dibedakan dengan penyakit saluran cerna lain, meskipun begitu Demam Tifoid memiliki ciri gejala khas-nya, seperti suhu tubuh perlahan tinggi setiap hari-nya (step-ladder), terutama menjelang sore dan susah turun meskipun sudah diberikan obat peredah panas. Muncul bercak merah juga. Untuk memastikan kondisi si penderita sebaiknya di bawa ke laboratorium (cek darah).
Gelaja umum : demam tinggi, sakit kepala, mual, sakit perut, hilang nafsu makan, sembelit, atau diare. Sangat penting untuk mengkonsumsi cairan yang lebih banyak agar penderita terhindar dari dehidrasi.
Jika tidak diobati segera, ditakutkan pada minggu kedua / ketiga terjadi komplikasi pendarahan pada saluran cerna akibat bakteri Salmonella Typhi menggerogoti lapisan mukosa usus yang bisa mengakibatkan kanker kandung empedu.
Diperkirakan 26 juta orang diseluruh dunia menderita Demam Tifoid setiap tahun dan 215 ribu orang meninggal setiap tahun-nya akibat penyakit ini. Dengan kata lain satu orang meninggal dunia dalam 2 menit karena Demam Tifoid. Di Indonesia sendiri terjadi 500 kasus Demam Tifoid setiap 100.000 penduduk.
Seram? Seram banget pasti-nya! Namun jangan khawatir teman-teman, kita bisa mencegah-nya terlebih dahulu dengan melakukan kebiasaan hidup sehat seperti mencuci tangan secara rutin, menghindari mengkonsumsi jajanan sembarangan, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sudah matang.
Ada satu lagi yang bisa kita lakukan, yaitu dengan melakukan vaksinasi Hepatitis A dan Demam Tifoid sebelum kita melakukan perjalanan.
Vaksinasi Hepatitis A dapat diberikan untuk usia 2 tahun ke atas sebanyak 2 kali. Dosis kedua diberikan dengan interval 6 hingga 12 bulan setelah dosis pertama. Manfaat-nya setelah diberikan vaksis Hepatitis A, memberikan efek kekebalan jangka panjang (30 tahun ke atas), hampir tidak ditemukan efek samping (jika adapun hanya ringan dan cepat hilang).
Vaksinasi Demam Tifoid dapat diberikan untuk usia 2 tahun ke atas, sekali vaksin dapat memberikan kekebalan setidak-nya selama 2 tahun.
Kami pribadi sudah pernah melalukan vaksinasi dan maanfat-nya bisa dirasakan langsung. Tidak perlu was-was lagi dan bisa menjadi proteksi diri agar tidak terserang penyakit menular seperti Hepatitis A dan Demam Tifoid.
Jika teman-teman tertarik atau ingin mengetahui lebih lanjut tentang vaksinasi Hepatitis A dan demam Tifoid, dapat langsung mengunjungi Instagram dari @kenapaharusvaksin
Akhir kata, lebih baik kita mencegah-nya dari sekarang dari pada menyesal saat sudah terjangkit penyakit tersebut. Tetap semangat dalam berkuliner dan sampai jumpa di tulisan Buncit Foodies berikut-nya. Salam Sehat 🙂